Senin, 17 Maret 2014

syakah asnawi caringin



SYEKH ASNAWI CARINGIN BANTEN, "Sosok Pejuang dan Pendakwah yg Gigih"
Mungkin namanya tak sekibar Syekh Nawawi al-Bantani. Namun, sejatinya, beliau turut menyiarkan agama Islam di Banten, khususnya di Caringin. Berdirinya Masjid Caringin yang masih kokoh hingga sekarang adalah bukti bagaimana perjuangan dakwahnya kala itu. Syekh Asnawi memang tidak mewariskan kitab seperti Syekh Nawawi Al-Bantani dengan Marah Labib-nya dan karya-karya lain. Itu setidaknya dari data yang saya dapatkan. Sebab, beliau lebih fokus pada perjuangan dakwah pelurusan akidah dan pengusiran penjajah. Beda dengan Syekh Nawawi al-Bantani yang bisa fokus berkarya karena lebih banyak hidupnya dihabiskan di negeri Makkah, yang notabene tidak sedang terjadi konflik dengan penjajah kala itu. Namun, untuk daerah Caringin khususnya, nama beliau bak seorang pahlawan. Makamnya yang bersebelahan dengan makam ayahnya, Syeikh Abdurochman, kerapkali dikunjungi oleh jamaah untuk “ngalap berkah” atau untuk sekedar tahu saja. Ya, bisa dikatakan, karena beliaulah sosok utama dalam proses islamisasi di daerah Caringin khususnya. Syekh Asnawi dilahirkan di Kampung/Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Pandeglang, pada 1850 M. Ia lahir dari pasangan Syeikh Abdurochman dan Ratu Sabi’ah. Semasa kecil, Syekh Asnawi merupakan anak pemberani, cerdas, dan ulet. Saat berusia 9 tahun, Syekh Asnawi pergi ke Mekkah untuk belajar Al-Quran kepada KH. Abdul Karim asal Tanara, Serang, Syeikh Muhammad Nawawi, dan Syeikh Akhmad Khotib Asyamoasi. Jadi, antara Syekh Asnawi dengan Syekh Nawawi adalah antara murid dan guru. Mereka dipertemukan di Mekkah al-Mukarramah. Sekaligus, hal ini menunjukkan bahwa meski Syekh Asnawi pergi jauh untuk belajar ilmu agama, namun unsur “budaya lokal”-nya tetap ada karena ia sendiri diajar oleh guru-guru terhebat dari Indonesia yang sedang berdakwah di sana. Syekh Asnawi tidak begitu lama belajar kepada ketiga guru tersebut. Namun, berkat kegigihannya dalam belajar dan kecerdasan otaknya dalam menangkap pelajaran. Maka dalam waktu relatif singkat, sekitar 6 tahun, beliau sudah mahir dalam masalah ilmu al-Qur’an, seluk-beluk Islam dan tarekat. Lalu, ketiga guru itu meminta Syekh Asnawi pulang ke tanah air. Sekembalinya ke Caringin, Syekh Asnawi sedih karena sudah ditinggalkan sang ayah, Syeikh Abdurochman. Selain itu situasi politik dan perilaku masyarakat Caringin kacau-balau karena dirusak oleh perilaku yang dibawa tentara Belanda. Banyak warga yang meninggalkan salat. Warga malah bangga dengan budaya perjudian, pelacuran, mabuk-mabukan, penjarahan, dan pembunuhan. Syekh Asnawi yang masih muda kala itu, sudah dihadapkan pada beban yang sangat berat: beban psikologis, beban kultural dan beban nasionalisme. Beban psikologis karena Syekh Asnawi baru saja ditinggal oleh sang ayah untuk selama-lamanya ke alam baka, sementara beban kultural karena beliau menghadapi situasi sosial masyarakat yang rusak secara moralitas. Lalu, beliau juga harus mengatasi beban nasionalismenya, yaitu ikut berjuang melawan penjajah. Perang batin antara perasaan sedih dan semangat, terjadi dalam hati Syekh Asnawi. Namun beliau berniat jihad untuk meluruskan akidah masyarakat Caringin. Beliau langsung memimpin pengajian di masjid-masjid di Caringin terutama di pesantren yang ditinggalkan ayahnya. Tentu, tak mudah bagi Syekh Asnawi untuk melakukannya –apalagi dalam usianya yang masih relatif muda. Selain teror dari Belanda, beliau juga sering mendapat kecaman dari warga yang merasa kebebasannya terusik. Namun, banyak jawara-jawara hebat dan sakti di Caringin yang bisa ditaklukkan oleh beliau dan kemudian menjadi santrinya. Konon, Syekh Asnawi juga terkenal memiliki kesaktian sehingga bisa menaklukkan para jawara di kampungnya dan sekitarnya. Usaha yang dilakukan oleh Syekh Asnawi betul-betul gigih. Belasan tahun ia melakukannya tanpa pamrih apapun. Hal ini mengundang simpatik ulama Banten dan pejuang Islam saat itu. Nama Syekh Asnawi dikenal semua kalangan hingga mendapat jodoh dan menikah dengan putri keturunan ningrat bernama Nyi Ajeng Tuti Halimah. Dari pernikahannya ini, Syekh Asnawi dikaruniai anak bernama Halimi yang meninggal di usia muda. Sebelum Syekh Asnawi menikah dengan Nyi Ajeng Tuti Halimah, tempat kelahirannya sempat diterjang musibah besar dengan meletusnya Gunung Krakatau. Keluarganya dan sejumlah penduduk mengungsi. Setelah aman, Syekh Asnawi yang diikuti beberapa warga kembali ke Caringin. Dia mulai membangun kota yang sudah usang dengan sarana peribadatan seperti madrasah diniyah yang disebut Masyariqul Anwar dan Masjid Caringin. Tak hanya itu, Syekh Asnawi bersama KH. Husen Carita turut menjadi pelopor pembukaan Jalan Labuan-Anyar yang jaraknya kurang lebih 15 kilometer. Ditahan dan Diasingkan Atas kegigihan Syekh Asnawi dalam berjuang, Penjajah Belanda mulai menganggapnya sebagai sosok yang sangat berbahaya bagi upaya kolonialisasinya. Hal ini tentu saja tak bisa dibiarkan begitu saja. Beliau pun akhirnya ditangkap dan ditahan di Tanah Abang. Setelah ditahan beliau lalu diasingkan ke Cianjur selama kurang lebih satu tahun dengan tuduhan melakukan pemberontakan kepada pemerintah Hindia Belanda. Apa yang dilakukan Syekh Asnawi mendapat dukungan penuh dari rakyat dan dan para ulama lainnya, seperti para bangsawan dan para jawara. Selama di pengasingan Syekh Asnawi tetap berdakwah dengan mengajarkan Al-Qur’an dan Tarekat kepada masyarakat sekitar. Setelah merasa aman beliau kembali ke kampungnya di Caringin untuk melanjutkan perjuangan menyiarkan Islam dengan kembali menghidupkan Madrasah Masyarikul Anwar dan mendirikan Masjid Salafiah Caringin sekitar tahun 1884. Masjid Caringin ditandai oleh denah empat persegi panjang. Pada ke empat sisinya terdapat serambi. Arsitektur masjid dipengaruhi oleh unsur lokal, terlihat dari bentuk atapnya dan ditopang oleh arsitektur asing terlihat pada bentuk jendela serta pintu dalam dengan ukuran relatif besar juga pilar-pilar yang mengelilingi masjid. Menurut cerita bahwa kayu masjid tersebut berasal dari sebuah pohon Kalimantan yang dibawa oleh Syekh Asnawi ke Caringin. Dahulu pohon tersebut tidak bisa ditebang. Andaipun bisa ditebang beberapa saat pohon tersebut muncul kembali hingga akhirnya Syekh Asnawi berdo’a memohon kepada Allah agar diberi kekuatan untuk bisa menebang pohon tersebut. Pohon pun dapat ditebang serta kayunya dibawa Syekh Asnawi ke Caringin untuk membangun Masjid. Tahun 1937 Syekh Asnawi berpulang ke rahmatullah dengan meninggalkan beberapa orang anak. Beliau dikuburkan di sebuah tanah wakaf di Caringin. Hingga kini makamnya tak pernah sepi dari para peziarah baik dari sekitar Banten maupun dari berbagai daerah di tanah air. Menurut sebagian peziarah, keanehan kerapkali terlihat di sekitar makam beliau, yaitu pancaran cahaya seringkali tampak memenuhi ruangan masjid yang berusia hampir 200 tahun tersebut. Eep Khunaefi

Kamis, 01 Agustus 2013

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) TAHUN AKADEMIK 2012/2013 Nama : Dedeh Heni Nirm : 4322310030005 Mata Kuliah : Sejarah Kebudayaan Program Studi : Pendidikan Sejarah Semester : VI Hari/ Tanggal : Dosen : Arif Permana Putra, M. Pd. Kerjakan berdasarkan analisa andadan dasar teori yang benar PETUNJUK  Kerjakan berurutan dari angka terkecil  Tulis tangan rapi terbaca jelas sesuai EYD  Gunakan kertas A4, margins masing-masing 2 cm  Relevansi sumber 10 tahun kebelakang dari sekarang  Dikumpulkan paling lambat jam 13.00 pada hari kamis, 28 Juni 2013  Selamat mengerjakan Dedeh Heni Nurhaeni (4322310030005) SOAL Sumber harus relevan dan dicantumkan dengan jelas. 1. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk pribadi. Jelaskan tentang hal ini! (20) 2. Jelaskan tentang kebudayaan menurut Koentjaraningrat baik wujud kebudayaan serta 7 unsur kebudayaan ? (20) 3. Jelaskan dialectic of challenge and respons (Toynbee) sebagai pendekatan dalam melihat kebudayaan Mesopotamia ! (20) 4. Jelaskan Ngaseuk (Model Budaya Huma) pada orang Baduy dengan pendekatan teori simbolisme ! (20) 5. Apakah yang dimaksud dengan: a. Culture core b. Non-care element of culture Jawaban Soal 1. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk pribadi pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk pribadi secara fisiologis karena manusia bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan yang ketat anatar sesama. Kata manusia berasal dari kata manu (senseketra) atau mens (latin) yang berarti berfikir, berakal budi, atau Homo (latin) yang berarti manusia . Sedangkan secara pribadi adalah sesuatu yang tidak dapat di bagi-bagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas – dan peranan manusia sebagai makhluk sosial dan pribadi karena manusia memiliki harkat dan martabat yang mulia . Manusia sebagai makhluk pribadi adalah berhak ikat sosial . Artinya mausia akan senantiasa dan selalu berhubungan dengan berinteraksi dengan orang lain, manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain interaksi sosial membantu kehidupan berkelompok pada manusia . Sumber : http://galdhaanisa.blogspot.com/2012/03/ manusia-sebagai-makhluk-individu-dan html. 2. Kebudayaan menurut koentjaraningrat baik wujud kebudayaan serta 7 unsur kebudayaan! -Menurut koentjaraningrat kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddi yang berarti budi akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal . Jadi menurut definisi koentjaraningrat kebudayaan Adalah sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang di jadikan milik diri manusia dengan belajar . -wujud kebudayaan dibedakan menjadi 3 yaitu :gagasan,aktivitas,dan artefak 1.Gagasan (wujud ideal) adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide , gagasan , nilai-nilai, norma-norma, peraturan. 2.Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu . 3.Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas , perbuatan , dan karya manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba , di lihat dan di dokumentasikan. -7 unsur kebudayaan 1.Bahasa 2.Sistem pengetahuan 3.Organisasi sosial 4.Sistem peralatan hidup dan teknologi 5.Sistem mata pencaharian 6.Sistem religi 7.Kesenian Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/anthropologx/2252706-kebudayaan/#1x22190d9A00. 3. dialectic of challenge and respons (Toynbee) sebagai pendekatan dalam melihat kebudayaan Mesopotamia ! (20) Peradaban Mesopotamia adalah peradaban yang berkembang di wilayah sungai Eufrat dan Tigris yang terbentang dari Taurus dan Armenia samapi teluk Persia.dalam Bahasa Yunani yang berarti “ Tanah di antara sungai’’. Mesopotamia di anggap sebagai salah stu peradaban tertua di dunia. Berbagai macam bangsa dan pemerintah pernah menguasa daerah Mesopotamia ini, Bangasa tersebut adalah bangasa Sumeria, Babylonia lama, Assyiria, Babylonia Baru, Bangsa Sumeria adalah bangasayang pertama kali menduduki wilayah Mesopotamiadan membentuk sebauh kebudayaan yang menjadi awal kebuadayaan yang berkembang di derah tersebut. Yang kemudian pada kelanjutanya kebudayaan di teruskan oleh bangsa-bangsa yang dapat menggantikan posisi Sumeria di Mesopotamia. Menurut Toynbee Dalam bukunya sejarah Umat manusia Sealam lima atau enam abad dalam sejarah peradaban Sumeria di Mesopotamia (Sekitar 3100-2500 SM) Negara –negara kota muncul berdampingantanpa saling bermasalah, penempatan atau pngelolan lahan Eufrat dan Tigris di buka secara bertahap dan dalam jaka waktu yang panjang, mulailah digarap dan dibautalh padang-padang rumput oleh orang Sumeria pendiri masing-masing kota. Peradaban Mesopotamia menganut kepercayaan Polytheisme yang bersal dari bangsa Sumeria, Bagsa Sumeria menyembah Dewa-Dewi yang mengausaai suatu Elemen dari Alam. Sumber : _Toynbee, Arnold, 2004 “Sejarah Umat Manusia ,Uraian Analitis,Kornologis, Naratif , dan Kompertif . terj. Agung Prihantoro dkk.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. _Sjamsuddin, Helius .2007 “ Metode Sejarah”. Yogyakarta : Ombak http:// historiaenjoyog.blogspot.com/2012/01/ Peadaban Mesopotamia .html 4. Ngasuk (Model Budaya Huma) pada oarang Baduy dengan pendekatan teori Simbolisme Ngasuk Artinya : Membuat lubang kecil dengan menggunakan aseukan ( penungal) untuk menanam benih padi. Menunggal dilakukan oleh pria,sedangkan memesukan benih padi kedalam lubang tungalan dilakukan oleh permpuan. Sumber : humapdg-wodpress.com 5. a. Culture core Kebudayaan adalah hasil pemikiran atau akal manusia jadi pada intinya pengertian kebudayaan mengadung beberapa ciri pokok yaitu : 1. Kebudayaan itu beraneka ragam 2. Kebudayaan itu di teruska mellui proses belajar 3. Kebudayaan itu terjabarkan dari komponen biologi,pisikologi, sosiolodi dan eksistensi manusaia. 4. Kebudayaan itu bersetuktur b. Non-care element of culture Suatu kebudayaan tidak akan peranh ada tanpa danya beberapa isitem yang menduking terbentuknya suatu kebudayaan, sittem ini kemudaian di sebut sebagai unsur yang yang membentuk sebuah budaya, muali dari bahasa, pengetahuan, teknologi, dan lain-lain. Semuai itu adalh factor penting yang harus di miliki oleh setiap kebudayaan untuk menujukan eksistensi mereka. Sumber :

Kamis, 04 Juli 2013

laporan prjalaan indis di rangkasbitung


MELAKUKAN PERJALAN INDIS DI RANGKASBITUNG

Pada tanggal 3 April 2013, kami dari Mahasiswa Sejarah semester VI ( Enam) melakukan perjalanan Indis di kota Rangkasbitung, bersama dosen pembimbing Arif Permana Putra M.pd,Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan dan Weny Widiayawati Basteman,S.pd.
Pada pukul 07.00 saya bersama Dedeh Heni N menunggu teman-teman di Gerja Pasundan, ini gambar posisi Gereja Pasundan yang berada di Rangkasbitung.
Keterangan :
Alamat: Jalan Sunan Kalijaga no.5 Rangkasbitung 42311
Telepon: Kantor: 0252-202416                                                                                  
Pastori: 0252-203209
Pos Kebaktian Teluk Lada
Alamat: d.a GKP Rangkasbitung
Pos Kebaktian Bumi Maja Wiratama
Alamat: d.a GKP Rangkasbitung 



DATA DAN SEJARAH GKP JEMAAT RANGKASBITUNG
A.      DATA JEMAAT
·      Berdiri Jemaat
-          Tanggal/ Bulan / Tahun:   
·      Jumlah KK                             :   152 KK
·      Jumlah Anggota Baptis           :   174 jiwa
·      Jumlah Anggota Sidi               :   332 jiwa
·      Pos Pelayanan                           : Bumi Maja Wiratama 20 KK
·      Pos kebaktian                           : Teluk Lada
B.       PERIBADATAN
Kebaktian Umum (Minggu)    :Pkl.:09.30 s/d 11.00
a.       Kebaktian Rumah Tangga
 Hari: Rabu          Pkl.: 19.30
b.      Kebaktian SMKA
Minggu,             Pkl.: 07.30 s/d 09.00
c.       Keb. Pemuda/Remaja
Hari: Sabtu         Pkl.: 19.00 s/d 21.00
d.      Keb. Wanita
Hari : Jumat        Pkl.: 17.00 s/d 18.30
e.       Keb. Lansia (Minggu ke II)
Hari:Sabtu          Pkl.: 10.00 s/d 12.00

Suasana Jalan Multatuli Rangkasbitung di pagi hari pada saat kami melakukaan perjalan indis di daerah Rangkasbitung.








Ini adalah poto bangunan Rumah masayarakakat yang di bangun pada saat belanda berkuasa di Rangkasbitung bangunan Rumah ini Masih utuh dan belum pernah di renopasi.


Kadaan di sekitar jl.Multatuli Yang ramai dengan kendaraan



Para peserta yang melintas di sekitar jl.Multatuli Dengan penuh semangat







Setelah menunggu selama setengah jam pada pukul 07.30, teman-teman pun tiba, ternyata saya dan teman-teman lainnya di tinggalkan oleh rombongan teman-teman lainnya, Dan kami pun terus melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit misi pada pukul 07.38, kami semua melanjutkan pejalanan menuju Rumah Pegawai PJKA “ Menampak Kembali Indis di Rangkasbitung.
 






















Melanjutkan perjalanan menuju Gedung Juang Pamitraan 45  pada pukul 07.45.

Dan kami pun beristirahat sejenak, untuk dan mentangkan pikiran kami, inilah gambar yang beristirahat.

Inilah suasanana peserta sedang beristirahat sejenak di depan gedung LP Rangkasbitung

Lihatlah kami semua sangat lelah sekali terus berjalan selama beberapa jam



Pada pukul 08.19  kami semua berada di Rumah Sakit Adjidarmo, inilah gambar depan Rumah sakit Adjidarmo.


Keterangan :
Rumah Sakit Umum Daerah Dr Adjidarmo Rangkasbitung
Address: Jl HM Iko Djatmika 1, Cikatapis, Rangkas Bitung
City: Rangkasbitung
Postal code: 42311
Fax: 0252 201315 - 0252 207442
Phone number: +62.252.201313
Rumah Sakit Umum Daerah Dr Adjidarmo


 Kumudian Kami berjalan menuju  kebelakang Rumah Sakit Umum, di  sana terdapat Rumah benda cakar budaya peninggalan belanda yaitu Rumah Multatuli pada pukul 08.30,  kami foto bersama di depan rumah Multatuli.



Mengenai pemugaran bangunan cagar budaya golongan A disebutkan:

1. Bangunan dilarang dibongkar dan atau diubah 
2. Apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya.
3. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama/ sejenis atau memiliki karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada.
4. Dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian. 

Edward Douwes Dekker (Multatuli)
tujuannya Kang Multatuli untuk melakukan protest terhadap kekejamanya Deandels di Lebak.
Sedikit tambahan mengenai Hotel Salak yang dulunya bernama Hotel Binnenhof. Binnenhof mempunyai dua arti, terdiri dari dua kata “Binnen” dan “Hof” Binnen berarti “didalam” sedangkan “Hof” bisa berarti ” Istana Kerajaan” atau “KeluargaKerajaan“. Arti “Hof ” yang lain adalah “taman” atau “pekarangan” . Jadi Binnenhof dapat diartikan secara bebas sebagai: Gedung “didalam lingkungan Istana” atau Gedung yang memiliki “Taman didalamnya” Gedung parlemen Belanda saat ini bernama Binnenhof berada di lingkungan Istana Soesdijk.
Sampai dengan saat ini Hotel.Salak tetap melestarikan “Taman didalamnya” yang dapat ditemui jika anda masuk melalui lobby dan menuju kolam renang. Arti kedua “bagian dari Istana Bogor” karena “Postweg (Jalan pos) yang dibangun Daendels awalnya hanya merupakan “macadam road” yang jauh bedanya dengan jalan yang kita kenal sekarang, jalan tsb nyaris tidak membuat antara yang jelas antara Hotel Binnenhof dan Paleis van Gouveneur General (Istana sekarang). Pagar yang membatasi jalan dan halaman Istana dibangun seratus tahun kemudian.
Multatuli alias Eduward Douwes Dekker pernah bolak balik, jalan jalan setiap sore selama beberapa minggu (sejak tg 26 April 1856 hingga pertengahan bulan Mei) untuk menunggu kesempatan “bertemu” dengan Gouveneur General Charles Ferdinand PAHUD biasa disingkat Gubernur Jendral PAHUD yang tinggal di Istana Bogor saat itu.
E.D.Dekker tinggal beberapa hari di Hotel Binnenhof dan selanjutbya di hotel Bellevue Bogor Trade Mall sekarang). Koq pindah pindah? Eduard selalu kekurangan uang dan banyak hutang.Kemungkinan rekening hotel , konsumsi memberatkan koceknya. Gubernur Jendral Pahut sudah dikhabarkan mengenai adanya Edward .D.Dekker di Buitenzorg oleh residen Rangkas Bitung Dumaeyer Van Twist.

Setelah dari Rumah Multatuli kemudian kami melakukan perjalan kembali menuju ke Rumah peningglan Bupati yang ke-4 rumah ini di bangun pada masa belanda Masih berkuasa di Rangkasbitung  pukul 10.00, kami pun berwawancara dengan pemilik rumah. Inilah gambar suasana wawancara di rumah peninggalan bupati yang ke-4 yang sekarang rumah itu di temapati oleh istri dari bupati yang ke-8, Rumah ini pernah di rnovasi konon dulu pada saat belanda masih berkuasa di Rangkasbitung Rumah ini sering di jadikan tempat persebunyian karena Rumah ini Tidak tembus peluru.
 









                 




Setelah melakuakn wawancara dengan pemilik Rumah kami pun foto bersama di depan Rumah Bupati Tersebut
Kembali melanjutkan perjalan ke Stasiun Kerta Api di Rangkasbitung pada pukul 10.30

Ini  suasan di depan Stasiun kereta api  Rangkasbitung di sini terlihat beberapa kendaran berbaris  di sana




 Ini Bagunan tua Dipo Lokomotif


Keadaan di sekitar pinggir Gerbong kereta api Rangkasbitung yang ramai dengan para penumpang maupun dengan masayarakat yang sedang melakukan aktivitas di pinggiran rel kereta api Rangkasbitung

                 








Stasiun Rangkasbitung (RK) terletak di  Rangkasbitung, Lebak,Banten. Stasiun ini dibangun pada tahun 1901, kini Stasiun Rangkasbitung merupakan stasiun yang ramai di wilayah tersebut karena Satasiun ini  satu-satunya Stasiun terbesar di Provinsi Banten yang menghubungkan antara Rangkasbitung dengan darah lainya  . Di Stasiun ini juga terdapat Dipo Lokomotif yang menyimpan gerbong Keret api Langsam, Rangkasbitung Jaya,serta Banten            Ekspres dan lokomotifjenis BB304 dan CC201 yang didatangkan dari Dipo lokomotif  Jati negara dan Dipo lokomotif Tanah abang. Dulu terdapat Jalur kereta api menuju Labuan  melewati  Pandeglang, Pandeglang. Jalur ini juga mempunyai cabang di Saketi menuju Bayah.
Kereta api
·         Langsam ke Tanahabang
·         Rangkas Jaya ke Tanahabang
·         Kalimaya ke Tanahabang dan Serang
·         Banten Ekspres ke Tanahabang dan Merak
·         Lokal RK-PRP ke Parungpanjang
·         Lokal RK-SG ke Serang.
Setelah itu kami kembali pulang ke Kampus STKIP Setia Budhi Rangkasbitung pada pukul 11.00.
Dan ini bagian depan kampus STKP Setia Budhi Rangkasbitung








CATATAN
PERJALANAN INDIS DI KOTA RANGKASBITUNG

 Disusun  untuk  memenuhi  tugas   mata  kuliah  Sejarah  Sejarah Kebudayaan
Dosen  pembimbing  Arif Permana Putra M.Pd”

 






Disusun   Oleh  :





Disusun Oleh :

Nama                    : Dedeh Heni N
Prodi                     :  Sejarah
Semester               : VI ( Enam)
Nirm                     :  4322310030005


SEKOLAH  TINGGI  KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN  STKIP SETIA  BUDHI  RANGKASBITUNG
2013